Bagi Rapor: Siswi Dominan Juara, Kenapa ?

Oleh: Ansar Salihin*)

Berdasarkan kalender pendidikan nasional menetapkan tanggal 19 Desember 2020 pembagian hasil belajar siswa atau lebih sering disebut pembagian rapor semester ganjil. Hasil belajar ini sebagai tolak ukur keberhasilan pembelajaran siswa di sekolah/madrasah nilainya berupa angka, hurup dan deskripsi setiap mata pelajaran.

Ada tiga aspek penilaian yang dilakukan mengacu pada kurikulum 2013, yaitu sikap, pengetahuan dan keterampilan. Penilaian sikap nilainya masuk dalam pelajaran PPKN dan Pendidikan Agama, sementara pada pelajaran lain menyatu dengan nilai pengetahuan dan keterampilan, penilaiannya dalam pembelajaran melalui observasi sikap sosial dan spritual siswa. Kemudian penilaian pengetahuan dilakukan melalui ujian semester, ulangan harian, latihan dan penugasan lainnya. Sementara itu penilaian keterampilan diambil dari tugas projek, portofolio, praktek dan tugas lainnya. Keseluruhanya tertuang dalam rapor yaitu laporan hasil pembelajaran dengan kategori nilai A (sangat baik/sangat terampil) B (baik/terampil) C (cukup) dan D (kurang).

Hasil belajar setiap siswa berbeda-beda tergantung kemampuan pengetahuan dan keterampilan, sehingga sekolah/madrasah mengurutkan berdasarkan rangking untuk mengetahui tingkatan nilai setiap siswa. Siswa yang berprestasi pada urutan nilai 1, 2 dan 3 mendapat penghargaan dari sekolah berupa sertifikat dan piala. Hal ini diberikan sebagai motivasi kepada siswa untuk terus meningkatkan prestasinya masing-masing.

Saat penyerahan piala siswa berprestasi di madrasah saya mengajar, ada pemandangan yang kurang rasanya. Siswa yang mendapat penghargaan 3 orang  setiap kelas, sementara jumlah kelas  keseluruhannya 30 kelas, jadi totalnya ada 90 siswa yang mendapatkan penghargaan. Satu persatu para juara kelas mulai dipanggil dimulai dari kelas VII-1 dan berakhir di kelas IX-10. Sudah sampai di di kelas VIII-8 atau sudah dipanggil 18 kelas tidak ada satu orang pun yang juaranya dari siswa. Baru di kelas VIII-9 lah ada satu orang siswa yang juara, dan setelah dilanjutkan sampai akhir hanya 5 orang siswa yang mendapatkan juara, selebihnya siswi semua. 

Mungkin saja ini terjadi beberapa sekolah/madrasah, dan guru-guru yang juga merasakan dan bertanya-tanya "kenapa ?" yang berprestasi dominan siswi. Tentunya guru juga sudah mendapatkan jawabannya masing-masing, karena selama proses pembelajaran sudah tergambar hasilnya. 

Berdasarkan penelitian psikolog, tumbuh dewasanya seorang perempuan dan laki-laki memiliki perbedaan. Perempuan lebih cepat dewasa dibandingkan laki-laki. Hal inilah yang terjadi pada masa siswa/i. Saat mereka masih sekolah dasar siswa dan siswi masih masa bermain, maka mereka lebih fokus bermain daripada belajar, selanjutnya saat SMP/MTs ada perubahan mendasar pada pertumbuhan siswi lebih cepat dewasa secara pemikiran dan prilaku, berbeda sama siswa pada masa ini pemikirannya msih kenak-kanak, sehingga siswa masih suka bermain, sementara siswi sudah merasa malu untuk bermain. Begitu juga dengan motivasi belajar, siswi lebih dominan, dibandingkan siswa hanya beberapa orang saja dapat konsentrasi belajar, selebihnya lebih suka main. 

Sementara pada tingkat SMA/MA ini berubah lagi tumbuh perkembangannya, siswi semakin lebih dewasa, sementara siswa baru beranjak dewasa. Sehingga dalam tingkatan ini prestasi siswa sudah mulai mengimbangi siswi, terutama siswa yang cerdas dan rajin takkan terkalahkan oleh siswi, namun jumlahnya tidak banyak siswa yang demikian. Itulah pandangan secara psikologi pengaruh pertumbuhan dewasa seseorang terhadap prestasi dan minat belajar siswa.

Masih terkait dominanya siswi dalam juara kelas disebabkan beberapa hal,  selain pertumbuhan perempuan lebih cepat dewasa daripada laki-laki, juga disebabkan pengaruh teknologi dan pergaulan di kalangan remaja. Pengaruh game adalah satu penyebab terbesar menurunnya minat belajar siswa, game dipersiapkan dengan berbagai fasilitas yang menarik dan dimainkan dalam waktu yang panjang untuk mencapai suatu misi tertentu. Game online dominan dimainkan oleh laki-laki daripada perempuan, kelalainnya  siswa main game juga telah mempengarugi menurunnya prestasi siswa. Sementara siswi tidak banyak bermain game, mereka lebih suka main media sosial seperti tiktok, instagram, facebook dan lain-lain. Media sosial ini tidak terlalu berpengaruh terhadap belajar dibandingkan dengan main game.

Pergaulan juga berpengaruh terhadap perilaku remaja, karena lingkungan sekitar akan membentuk karakter seseorang. Hal ini juga juga berdampak terhadap hasil belajar dan prestasi siswa. Anak laki-laki lebih banyak berada di luar rumah bermain dengan kawan-kawannya dibandingkan anak perempuan, karena anak perempuan lebih diawasi oleh orang tua untuk keluar rumah. Sehingga anak perempuan lebih banyak waktu belajar dibandingkan anak laki-laki.

Juara memang bukan penentu keberhasilan dari pendidikan, tapi juara dapat memotivasi minat siswa belajar. Sehingga ada daya saing antar siswa untuk mendapatkan hasil yang terbaik dari proses pembelajaran. Maka dari itu prestasi siswa juga dapat menentukan keberhasilan siswa yang akan mendatang, asalkan ia tekun, sungguh-sungguh dan tidak menyerah dalam menghapi setiap rintangan untuk menuju kesuksesan. Disinilah salah satu peran guru untuk terus memberikan motivasi kepada siswanya.

Dominannya siswa menjadi juara pada saat mungkin sudah terjadi di beberapa sekolah. Apakah siswi lebih cerdas daripada siswa, jawabannya "tidak". Siswa itu banyak yang cerdas, tapi malas untuk belajar dan kurang konsentrasi dalam belajar yang disebabkan oleh pengaruh lingkungan dan teknologi saat ini. Untuk itu perlu pengawasan orang tua terhadap anak laki-laki dan mengontrol proses pendidikannya. Sehingga dalam hal ini perlu kerjasama yang baik antara guru dan siswa dalam proses pendidikan anak. Agar anak-anak tumbuh menjadi insan cerdas dan berkhlak mulai serta bertaqwa kepada Allah SWT. 

Bapak/ibu guru punya pengalaman yang sama, siswi dominan juara di sekolah/madrasah bapak/ibu. Mari ceritakan di kolom komentar.

*) Penulis merupakan Guru MTsN 5 Pidie dan Penggiat Literasi

Comments

  1. Tulisannya sangat bagus, sesuai hasil analisis dilapangan.

    ReplyDelete
  2. Sama disekolah saya juga begitu

    ReplyDelete
  3. Replies
    1. Rangkin bukan segalanya pak, dan tidak menentukan keberhasilan pendidikan. tapi rangking merupakan salah satu motivasi siswa belajar dengan sungguh-sungguh.

      Delete
  4. Pengalaman dan pengamatan yang jeli Pak.

    ReplyDelete
  5. Bisa dijadikan refleksi. Mantab. Salam, Pak

    ReplyDelete

Post a Comment

RPP/PERANGKAT