Rombongan Itiak Pulang Patang: Eksplorasi Kriya Kayu Trimatra

Oleh Ansar Salihin

Memperingati Dies Natalis Institut Seni Indonesia (ISI) Padangpanjang, Fakultas Seni Rupa dan Desain menggelar pameran karya dosen mahasiswa. Acara tersebut diikuti oleh prodi Seni Kriya, Seni Murni, Desain Komunikasi Visual, Fotografi dan TV/Film. Pameran tersebut dibuka secara resmi pada tanggal 22 November 2017 di Galery Lobi Seni Kriya. Puluhan karya yang dipamerkan baik karya dua dimensi (dwimatra) maupun karya tiga dimensi (trimatra) berupa lukisan, foto, desain, batik, tenun, ukiran, berbagai macam karya. Salah satu karya kriya kayu dipajang pada bagian sudut berupa karya trimatra terletak di atas postek berukuran 1 meter. Karya tersebut merupakan karya Rahmad Washinton dosen Seni Kriya ISI Padangpanjang. 

Berdasarkan keterangan data karya yang ditempel bahwa karya tersebut berjudul ‘Rombongan’ tahun pembuatan karya 2017 dan ukurannya panjang 40 cm, lebar 25 cm dan tinggi 70 cm. Bahan yang digunakan dalam pembuatan karya menggunakan kayu surian dengan bahan finishing melamine system dengan warna kuning dan salak brown. Sementara itu teknik pembuatannya menggunakan teknik ukir sedang, ukir dalam dan teknik kontruksi sambungan.

Eksplorasi Bentuk

Karya “Rombongan” berangkat dari visualisasi salah satu motif Minangkabau yaitu Itiak pulang patang atau itik pulang sore. Motif tersebut merupakan gambaran stilisasi (pengayaan) dari hewan itik kemudian divisualisasikan dalam bentuk motif ukiran yang biasanya terletak pada ukiran rumah adat Minangkabau atau rumah gadang.

Konsep perubahan dalam penciptaan karya ini dengan cara memvisuallisasikan sumber ide motif itiak pulang patang dalam bentuk dua dimensi menjadi wujud karya tiga dimensi (trimatra). Kemudian merubah dari beberapa komponen bentuknya dan menambah bentuk motif lain pada beberapa bagian sisi permukaan karya. Namun tidak menghilang bentuk dasar viasul motif itiak pulang patang, masih menampilkan seperti wujud aslinya.

Ada beberapa komposisi bentuk pendukung dalam karya ini, diantaranya susunan anak tangga mulai dari dari bawah melingkari karya, itiak pulang kecil-kecil di atas beberapa anak tangga, gonjong rumah gadang pada bagian atas menuju masuk ke dalam karya, motif kaluak paku pada bagian pangkal bawah dan ukiran motif kaluak paku pada bagian permukaan bawah. Beberapa bentuk pendukung ini merupakan rangkaian cerita yang tersusun membantu menjelaskan visual karya tersebut.

Kemudian dari segi tekstur karya tersebut bertekstur halus pada beberapa permukaannya dan sebagian lagi bertekstur kasar. Tekstur halus merupakan hasil pahatan dan gosokan dengan kertas amplas yang halus pada permukaan kayu, sementara tekstur kasar sengaja dibuat dengan pahak lengkung membentuk lubang-lubung lengkung untuk menghasilakn kesan kasar. Kesan kasar ini juga menggambarkan kerusakan atau kerapuhan pada bentuk karya. Tekstur kasar tersebut hanya sebagai kesan saat dilihat kasar, sementara saat diraba pemukaannya tetap halus.

Karya “rombongan” oleh Rahmad Washinton merupakan karya seni kriya ekspresi, yaitu karya seni kriya sudah mendekati kepada seni murni mengutamakan nilai estetis (keindahan) daripada nilai fungsi. Pada dasarnya karya seni kriya adalah keterampilan dan kerajinan tangan yang menekankan kepada kegunaan pada sebuah produk atau benda. Namun perkembangannya kriya sudah mengalami pergeseran nilai dari nilai fungsi kepada nilai eskresi yaitu mengutamakan nilai keindahan dan ekspresi pribadi.

Gagasan itu yang dikembangkan oleh Rahmad Washinton dalam karya “rombongan” yang berangkat dari motif itiak pulang patang kemudian diekpresikan dalam karya trimatra. Biasanya itiak pulang papang dibuat dalam bentuk ukiran datar pada dinding rumah gadang, kini itiak pulang patang dibentuk menjadi karya berupa patung.

Interpretasi Nilai Filosofis

Setiap karya seni ekspresi memiliki nilai filosofi dan makna mendalam, karena proses pembuatan karya tersebut melalui beberapa tahapan mulai dari eksplorasi pencarian ide, perancangan desain dan perwujudan karya. Melalui tiga tahap ini telah melahirkan visual karya yang baik dan memiliki makna yang berhubungan dengan kehidupan sosial budaya masyarakat. 

Sebelum membahas lebih jauh tentang makna karya “rombongan” terlebih dahulu mendeskripsikan makna dari ide penciptaan karya tersbut. Itiak pulang patang merupakan hasil peniruan dari hewan yaitu itiak. Motif itiak pulang patang ini dibuat atau digambar secara tersusun berbaris menyerupai huruf S yang menggambarkan ketertiban dan selalu antri disetiap jalannya apabila sudah berkelompok (Rahmad, 2015: 248)

Motif itiak pulang patang bagi masyarakat Minangkabau memiliki makna yang besar yaitu; melambangkan kesepakatan, keteraturan, seiya sekata dan persatuan yang kokoh. Dari makna itiak pulang patang ini dapat memberi isyarat bagi manusia untuk selalu tertib dalam mencari atau menjalankan suatu pekerjaan secara bersama-sama tanpa saling mengganggu satu sama lainnya (Rahmad, 2015: 248).

Sebelum diterapkan dalam karya ini, motif itiak pulang patang sudah memiliki makna bagi masyarakat Minangkabau sebagai simbol kebersamaan dan ketertiban dalam masyarakat. Melalui makna itu pengkarya mengembangkan kembali dalam karya “rombongan” dengan mengkreasikan bentuk motif itiak pulang patang, sehingga menghasilkan sebuah nilai dan makna baru. Tentunya nilai-nilai tersebut tidak terlepas dari sosial masyarakat Minangkabau khususnya dan seluruh masyarakat secara global pada umumnya.

Ada beberapa nilai atau makna yang dapat ditangkap dari karya tersebut, diantaranya diawali dengan bentuk global motif itiak pulang patang sebuah komposisi kesatuan yang utuh maknanya tidak terlepas dari makna motif yang sebenarnya. Di samping itu juga berdasarkan visualisasi karya dari segi tekstur menggambarkan dua dunia dalam karya tersebut, yaitu antara dunia punah dan dunia kemajuan. Hal ini dapat dilihat dari tekstur kusam, kasar seperti kayu yang dimakan rayap dan sudah keropos, kemudian tekstur tersebut kontras dengan tekstur halus bersih menggambarkan kemajuan.

Selanjutnya tangga menggambarkan jenjang kehidupan yang harus dilewati oleh manusia, bahwa setiap kehidupan tidak pernah terlepas dari cobaan dan harus dihadapi dengan tagar untuk sampai ke  anak tangga terakhir yang dituju. Setiap orang pasti melewati tangga-tangga ini, hidup dimulai dari kecil sampai besar dan tua nantinya. Rintangan dan cobaan setiap anak tangga adalah ujian untuk menunjukan kemampuan melewati anak tangga selanjutnya. Maka di sini manusia tidak dapat hidup sendiri, ia harus selalu berdampingan dengan manusia lainnya untuk saling berbagi dan membantu untuk mencapai kesuksesan hidup. Hal ini terlihat pada visual itiak pulang patang kecil-kecil beriringan melewati anak tangga tersebut.

Sementara itu pada bagian atas yang merupakan akhir dari anak tangga ada pintu menuju visualisasi rumah gadang bergonjong yang merupakan rumah adat bagi masyarakat Minangkabau. Rumah gadang merupakan simbol adat, budaya dan sistem masyarakat Minangkabau, rumah adat adalah harta pusaka dan tempat berkumpul dan bermusyawarah bagi masyarakat Minangkabau. Visual ini dapat dipahami bahwa tujuan akhir dari melewati anak tangga tersebut adalah menuju rumah gadang, yakni kembali kepada adat dan budaya tradisi yang telah ada sejak nenek moyang terdahulu. 

Maka dengan demikian makna “rombongan” dalam karya ini adalah suatu kebersamaan manusia dalam masyarakat yang memiliki tujuan yang sama, saling membantu, saling menolong, hidup tertib, disiplin dengan berdasarkan kepada nilai-nilai adat dan budaya dalam kehidupan. Setiap masyarakat memiliki budaya tersendiri maka rawatlah budaya itu untuk mencapai kesuksesan bersama.

Berdasarkan hasil deskripsi, analisis form dan interpretasi pada karya Rahmad Washinton “rombongan” bahwa karya tersebut memiliki nilai estetika dan nilai filosofis dalam kehidupan sosial masyarakat. Karya tersebut merupakan simbol kehidupan manusia dalam bermsyarakat harus hidup berdampingan, saling menolong. Karya yang baik adalah karya yang mampu berkomunikasi dengan penikmatnya, yaitu karya yang mampu menyampaikan pesan kepada masyarakat.

Karya rombongan merupakan suatu deretan cerita peristiwa kehidupan manusia sejak lahir sampai meninggal. Semua itu tergambar dalam visualisasi motif itiak pulang patang yang telah distilisasi dalam bentuk karya trimatra. Melalui karya ini pengkarya mengajak kepada masyarakat untuk memahami arti hidup yang sebenarnya. Begitulah komunikasi tidak langsung yang disampaikan seniman kepada penikmat seni melalui karya seni.

Comments

RPP/PERANGKAT